Senin, 26 Desember 2011

Pendidikan anak usia dini

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Artikel ini adalah bagian dari seri
Pendidikan di Indonesia
Tut Wuri Handayani.svg
Pendidikan anak usia dini
Pendidikan dasar (Kelas 1-6)
Pendidikan dasar (Kelas 7-9)
Pendidikan menengah (Kelas 10-12)
Pendidikan tinggi
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasaryang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
  • Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
  • Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
  • Infant (0-1 tahun)
  • Toddler (2-3 tahun)
  • Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
  • Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

Sumber : Wikipedia

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
  • Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
  • Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
  • Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
  • Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
 Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
  1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
  2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
  3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
  4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
  5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
  6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
sumber : Wikipedia.com

Minggu, 25 Desember 2011

Berlibur Dengan Menikmati Keindahan Alam Sekitar

Libur Sekolah membuat anak-anak senang, karena selain mereka bebas belajar disekolah mereka juga bisa melakukan hal-hal yang mereka anggap menyenangkan. Anak-anak pengajian Nurul Ikhlas pun demikian, mereka ingin liburan sekolah ini menjadi suatu waktu yang menyenangkan, mereka ingin melakukan sesuatu yang bisa mereka ingat ketika mamsuk sekolah nanti bahkan bisa mereka rasakan kseenangannya sampai suatu saat nanti ketika mereka mengingatnya.

Sadar dan peduli terhadap kelestarian lingkungan saat ini dirasakan harus di tanam dari  semenjak dini. Anak-anak lah yang akan memeruskan kelestarian dan keindahan alam dimasa yang akan datang. Oleh karena itu tidak ada salahnya kita senantiasa menyisipkan pengaruh pada mereka untuk mencintai dan memelihara alam dengan menjaga kelestariannya.

Tugas kita lah sebagai orang tua untung mengarahkan dan membimbing liburan mereka selain untuk kesenangan akan tetapi bisa berdampak positif. Saya sebagai pengajar di pengajian Nurul Ikhlas pun demikian, bermaksud untuk mengarahkan anak-anak pada rasa cintanya terhadap keindahan lingkungan sekitar saya ajak mereka untuk berkeliling menjelajahi alam sekitar. Sedikit banyaknya saya beranggapan hal ini bisa berdampak positif bagi mereka penerus kita dimasa yang akan datang, selain mereka meresakan kesenangan karena keindahan dan kesegaran udara alam sekitar mereka juga diharapkan peduli terhadap keasrian dan kelestarian lingkungan alam.

Mudah-mudahan pengalaman kami diatas bisa bermanfaat terutama bagi yang sekarang sedang berlibur dan  bingung harus berlibur kemana. Pengalaman berlibur dengan menikmati keindahan alam sekitar bisa menjadi salah satu opsi mengisi hari libur kita semua. Selain terjangkau dengan dana yang tidak banyak kita juga bisa menyisipkan pengaruh pada anak-anak untuk selalu menjaga lingkungan alam sekitar. Terima kasih.